Vaksin MR, kado spesial untuk bayi berusia satu tahun di Jepang
Akhirnya kita sampai di bagian 3 ini yess.. pada bagian ini saya akan fokus pada vaksin Measles (Campak) dan Rubella (Campak Jerman) sebagai bagian inti. Sebelumnya, saya sempat mendapati komentar keliru seperti; “Di Jepang kan udah gak ada vaksin MR lagi karena bahaya bisa bikin autis”, “Kenapa gak ibu-ibu yang berencana hamil atau remaja perempuan aja yang divaksin MR? Kan yang beresiko terkena bahaya rubella itu ibu-ibu hamil!”, “Kenapa harus semua anak-anak yang harus divaksin?”
Nah, mari kita telaah satu-satu yaaa. Dalam sejarah vaksin MR di Jepang, vaksin yang mula-mula dipakai pada tahun 1989 adalah MMR atau Measles, Mumps, dan Rubella. Namun, sempat ada kehebohan terjadi ketika vaksin MMR dikaitkan dengan timbulnya penyakit meningitis pada beberapa orang [1]. Setelah ditelisik, sebenernya hubungannya belum jelas antara vaksin MMR dan meningitis, gosipnya lagi meningitis terjadi karena terkandung vaksin mumps, padahal secara alamiah meningitis memang bisa terjadi pada penderita mumps/gondong [2]. Walau belum pasti hubungannya, kehebohan terlanjur terjadi sehingga masyarakat enggan vaksin. Akhirnya, mulai tahun 1994 pemerintah membuat MMR menjadi MR. MR tetap wajib sampai sekarang dan sukses menurunkan kasus campak dan rubella [Fig.1] sedangkan vaksin mumps menjadi voluntary.
Kemudian, “Kenapa bukan remaja perempuan yg divaksin saja? Kenapa semua anak?” Jawabanya, program untuk anak perempuan sudah dijalankan oleh pemerintah jepang, tetapi penurunan penyakit rubella TIDAK SIGNIFIKAN. Sehingga kebijakan berubah, vaksin diberikan dua kali saat anak berusia satu tahun dan saat anak berusia SD [1, Fig.1]. Jadi plis jangan bilang, yaudah kalau lagi hamil ya jangan deket-deket sama anak kecil, di rumah aja jangan kemana mana, yawes nanti Paud-paud dan TK-TK tutup aja ya klo ibu gurunya lagi hamiiil 🙊 atau bilang, yaudah nti anak saya kalau kena rubela ta dekem dirumah aja, padahal gejala rubela itu ringan, mungkin nanti bu ibu mengira itu bintik merah biasa 😥. Jadi, clear ya kalau bayi dan anak2 wajib vaksin rubella.
So sweetnya, beberapa minggu sebelum anak berusia setahun, mamak sudah dapet surat cinta dari city hall berisikan jadwal vaksin untuk MR ini. Demi menjaga nama baik sebagai seorang muslim dan seorang Indonesia, serta mematahkan paradigma bahwa kebayakan virus campak dan rubella itu diimpor dari negara-negara asia tenggara termasuk Indonesia [1, 3], dengan mengucap Bismillah akhirnya kami penuhi panggilan itu 🙈😅
“Wah, jadi pengen pindah ke Jepaang, yang dari Jepang pasti semuanya bagusss”. “Trus kenapa kita gak impor vaksin MR dari Jepang aja sih?”
Alhamdulillah tentang program vaksin Jepang ini memang patut untuk dicontoh, tapi gak semua yg dari Jepang itu bagus ya.. nanti lah cerita lagi kapan-kapan ttg ini😂. Sebagai warga Indonesia, kita gak boleh patah semangat untuk terus mendukung program vaksin di Indonesia agar mampu menjaga kualitas dan mencakup semua lapisan masyarakat sehingga mampu mewujidkan herd immunity (kekebalan komunitas), insyaAllah kita dukung Indonesia untuk berproses kesana.
Lalu kenapa gak impor vaksin MR dari Jepang. Mayoritas vaksin wajib di Jepang memang produksi dalam negeri, seperti dari Takeda, Kitasato, dan Biken [Fig.2]. Tapi vaksin dari Jepang tidak bisa memenuhi kebutuhan vaksin nasional di Indonesia. Sehingga kita harus impor dari SII India. Sama halnya kita ga bisa pakai Priorix (yg katanya ga mengandung gelatin babi, tpi mungkin masih pakai katalis yang bersinggungan dengan babi) seperti di Saudi karena memang populasi kita ituu lebih banyakk.
Baiqlah.. bu ibu, pak bapak juga, jangan lelah untuk terus mengkampanyekan pentingnya vaksin yaa.. juga dengan berupaya mengedukasi diri sendiri, serta mempersiapkan anak sebelum vaksin agar bisa vaksin dalam kondisi prima untuk mencegah terjadinya KIPI.
Adapun vaksin adalah bentuk ikhtiar kita melawan penyakit menular yang berbahaya, selanjutnya kita terus bertawakkal pada Allah. Mungkin ada yang setelah vaksin masih terjangkit penyakit, tetapi percayalah, beberapa virus dan bakteri adalah makhluk yg diciptakan untuk menjadi ujian bagi manusia, mereka teurs berupaya untuk bermutasi, dan kita pun berupaya untuk melawan dengan pengembangan-pengembangan vaksin yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Referensi:
1. Nakayama, Tetsuo. “Vaccine chronicle in Japan.” Journal of Infection and Chemotherapy 19.5 (2013): 787-798.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3824286/
2. Bonnet, Marie-Claude, et al. “Mumps vaccine virus strains and aseptic meningitis.” Vaccine 24.49-50 (2006): 7037-7045.https://www.sciencedirect.com/…/artic…/pii/S0264410X06007778.
3. Kanbayashi, Daiki, et al. “Rubella Virus Genotype 1E in Travelers Returning to Japan from Indonesia, 2017.” Emerging infectious diseases 24.9 (2018): 1763-1765. https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/24/9/pdfs/18-0621.pdf